Relasi Bilateral Jepang-Cina Pasca Pembuangan Limbah Nuklir Fukushima
Oleh : Nalini Adhra
Ketegangan hubungan antara Jepang dan Cina mengalami eskalasi berkat langkah yang diambil Jepang dalam membuang limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. Limbah tersebut merupakan hasil dari kehancuran pembangkit listrik di Fukushima akibat bencana Tsunami di tahun 2011. Pembuangan limbah nuklir yang sebelumnya sudah direncanakan selama dua tahun terakhir oleh pemerintah Jepang ini akan dieksekusi secara berkala mulai tanggal 24 Agustus 2023 (Murakami & Bateman, 2023).
Dalam dua tahun terakhir, International Atomic Energy Agency (IAEA) sudah melakukan asesmen keamanan atas pengajuan izin dari Jepang. Sehubungan dengan itu, IAEA akhirnya memberikan persetujuan dan melaporkan bahwa pengolahan limbah nuklir yang akan dibuang ke Samudra Pasifik ini telah memenuhi standar keamanan IAEA dan diperkirakan tidak akan memberi dampak yang berpengaruh terhadap lingkungan serta masyarakat sekitar (IAEA, 2023).
Data yang dirilis oleh Tokyo Electric Power Company Holdings (n.d.) juga menyatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan pemerintah Jepang dalam mengembangkan Advanced Liquid Processing System (ALPS) untuk mengolah limbah nuklir tersebut. Melalui sistem ini, limbah cair yang terkontaminasi bahan radioaktif akan melewati tahap filtrasi untuk menghilangkan 62 bahan radioaktif dan mengubah status limbah tersebut menjadi ‘ALPS treated water’. Tetapi pengolahan melalui ALPS ternyata masih menyisakan sejumlah kecil bahan radioaktif dan tidak dapat menghilangkan kandungan tritium di dalamnya (IAEA, 2023). Akan tetapi, jika dibandingkan dengan angka tritium yang dilepaskan oleh fasilitas nuklir di negara Eropa dan Asia lainnya, jumlah tritium yang terdapat dalam limbah hasil olahan ALPS terhitung lebih sedikit dan masih mematuhi payung hukum yang ada (Japan. Ministry of Economy, Trade, and Industry, 2023). Dengan begitu, limbah nuklir Fukushima yang akan dibuang sudah melalui berbagai prosedur keamanan serta tidak menyalahi standar keamanan global.
Namun, berbagai usaha Jepang dalam memberikan transparansi proses pengolahan limbah nuklir Fukushima ternyata tidak menghentikan adanya kritik dan protes dari negara lain, salah satunya Cina. Sebagai negara yang memiliki kedekatan geografis dengan Jepang, Cina memiliki kekhawatiran terkait bahaya yang bisa ditimbulkan dari kandungan radioaktif yang ada di dalam limbah tersebut. Terlebih dengan fakta bahwa proses pembuangan limbah ini dapat memakan waktu 30 tahun sampai semua limbah habis terbuang (Murakami, 2023). Cina juga menegaskan bahwa keamanan limbah yang sebelumnya diklaim oleh Jepang masih belum dibuktikan oleh mereka, sehingga Cina menghentikan pembelian hasil-hasil laut dari Jepang (Murakami & Bateman, 2023). Tindakan ini disampaikan oleh Cina kepada WTO pada 31 Agustus lalu dan kemudian mengundang protes dari Jepang yang menyatakan bahwa tindakan ini tidak dapat diterima mengingat Cina merupakan salah satu target pasar ekspor terbesar Jepang dengan jumlah ekspor hasil laut mencapai angka $600 juta di tahun 2022 (Komiya, 2023).
Tidak hanya itu, permasalahan antara Jepang dan Cina ini ternyata tidak hanya berhenti di ranah ekonomi. Penyebaran kritik dari pemerintah Cina dan informasi yang dilebih-lebihkan oleh media negara secara konstan semakin menguatkan sentimen anti-Jepang yang eksistensinya masih belum hilang dari masyarakat Cina. Berbagai aksi kritik dan pemboikotan penggunaan barang Jepang menyebar dengan sangat cepat seiring dengan meningkatnya kekhawatiran akan radiasi akibat pembuangan limbah nuklir Fukushima (De Guzman, 2023). Beberapa masyarakat Cina bahkan melakukan panic buying hasil laut seperti garam untuk mengantisipasi tercemarnya produk laut mereka setelah ini. Aksi-aksi kekerasan melalui telepon dan pelemparan batu juga dilayangkan kepada rakyat dan komunitas Jepang yang terdapat di Cina. Berbagai organisasi, perusahaan, maupun sekolah berbasis Jepang pun menjadi korban dari aksi kekerasan tersebut (Yang, 2023).
Situasi ini tentunya meningkatkan ketegangan dalam hubungan Cina dan Jepang. Terlihat dari pembatalan Cina terkait rencana kunjungan pemimpin partai Jepang di akhir Agustus lalu. Tindakan ini membuat upaya deeskalasi ketegangan antara kedua negara masih belum terwujud. Perbincangan antara kedua pihak baru terjadi pada Rabu (6/9) lalu melalui KTT ASEAN-AIPF 2023, di mana Perdana Menteri Jepang menjelaskan posisi negaranya dalam permasalahan ini kepada perwakilan Cina (Murakami, 2023). Akan tetapi, sampai saat ini Cina masih belum menunjukkan perubahan sikap negaranya pasca pertemuan tersebut.
Meluasnya permasalahan akibat kritik Cina terhadap kebijakan pembuangan limbah nuklir Fukushima menimbulkan kecurigaan terhadap alasan di balik sikap oposisi Cina. Mengingat bahwa perselisihan antara kedua negara Asia Timur ini memang kerap terjadi, bisa jadi kepentingan politik lah yang menjadi dasar penolakan Cina. Beberapa berargumen bahwa Cina berusaha menutupi permasalahan domestiknya, salah satunya pertumbuhan ekonomi yang lambat, dengan menaikkan isu limbah nuklir Fukushima (Guzman, 2023). Tidak menutup kemungkinan bahwa sikap oposisi Cina juga dipengaruhi oleh peningkatan ketegangan geopolitik antara AS dan Cina di wilayah Pasifik. Terlebih dengan adanya kedekatan hubungan bilateral AS-Jepang.
Jika situasi ini tidak ditangani dengan baik, Jepang dan Cina dapat mengalami kerugian yang lebih besar. Dengan memperhitungkan dependensi ekonomi kedua negara tersebut, Jepang akan kehilangan salah satu pasar ekonomi terbesarnya, sedangkan Cina akan kehilangan komoditas hasil laut yang selama ini didapat dari Jepang. Di samping itu, ketegangan kondisi geopolitik di wilayah Pasifik juga akan semakin memburuk dan tentu berpengaruh pada geopolitik global. Untuk mencegah meluasnya permasalahan ini, pertemuan antara Jepang dan Cina penting untuk dilakukan. Jepang perlu merilis pernyataan yang membuktikan keamanan limbah nuklir Fukushima untuk menjawab dan menghilangkan kekhawatiran negara lain. Di samping itu, Cina juga perlu mengambil tindakan terhadap aksi kekerasan yang diperoleh oleh masyarakat Jepang di Cina.
Referensi
De Guzman, C. (2023, September 8). China’s Concern About Nuclear Wastewater May Be More About Politics Than Science. Time. https://time.com/6311984/china-japan-nuclear-wastewater-science-politics/
International Atomic Energy Agency (2023, July 4). IAEA Finds Japan’s Plans to Release Treated Water Into The Sea at Fukushima Consistent With International Safety Standards [Press Release]. https://www.iaea.org/newscenter/pressreleases/iaea-finds-japans-plans-to-release-treated-water-into-the-sea-at-fukushima-consistent-with-international-safety-standards
Japan. Ministry of Economy, Trade, and Industry. (2023). ALPS Treated Water. https://www.meti.go.jp/english/earthquake/nuclear/decommissioning/atw.html
Komiya, K. (2023, September 5). China’s Fukushima-linked Seafood Ban is Unacceptable, Japan Tells WTO. Reuters. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/japan-wto-chinas-fukushima-related-seafood-ban-totally-unacceptable-2023-09-05/
Murakami, S. & Bateman, T. (2023, August 23). Japan to Release Fukushima Water Into Ocean Starting from August 24. Reuters. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/japan-release-fukushima-water-into-ocean-starting-aug-24-2023-08-22/
Murakami, S. (2023, August 24). Fukushima Wastewater Released Into The Ocean, China Bans All Japanese Seafood. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/world/2023/08/24/fukushima-wastewater-released-into-the-ocean-china-bans-all-japanese-seafood.html
Murakami, S. (2023, September 6). Japan PM Speaks to China’s Li About Radioactive Water Release. Reuters. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/japan-pm-kishida-says-he-spoke-with-china-premier-li-asean-sidelines-2023-09-06/
Tokyo Electric Power Company Holdings. (n. d.). Background and Scientific Explanation for the Discharge of Treated Water. https://www.tepco.co.jp/en/decommission/progress/treated-water-lan/index-e.html
Yang, W. (2023, August 29). Anti-Japan Sentiment Grows in China Following Fukushima Water Release. VoA News. https://www.voanews.com/a/anti-japan-sentiment-grows-in-china-following-fukushima-water-release/7244706.html