Piala Dunia 2022 : Penyelenggaraan Piala Dunia Paling Problematik
Oleh: Dewa Adi Nugraha
Setelah 64 pertandingan, 172 gol, dan salah satu partai final terbaik dalam sejarah, penyelenggaraan Piala Dunia 2022 akhirnya selesai. Argentina berhasil menjadi juara untuk ketiga kalinya setelah menaklukkan Prancis dalam drama adu penalti. Lionel Messi akhirnya mengangkat trofi emas setelah berkali-kali gagal. Edisi Piala Dunia kali ini langsung diterpa dengan berbagai kontroversi bahkan sebelum hari penyelenggaraanya. Pemilihan Qatar sebagai tuan rumah ditengarai adanya suap dan korupsi di dalamnya. Bahkan, mantan presiden FIFA Sepp Blatter mengakui bahwa pemilihan tersebut adalah sebuah kesalahan karena Qatar dinilai terlalu kecil untuk menggelar piala dunia (NPR, 2022).
Pemerintah Qatar telah menggelontorkan biaya yang sangat besar untuk membangun stadion-stadion megah dan infrastruktur lainnya untuk mengembalikan citranya. Namun, dibalik pembangunan yang masif tersebut terdapat banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi terhadap pekerja migran. Para pekerja migran diharuskan tetap bekerja pada suhu di atas 100 °F (38 °C) dalam jangka waktu yang panjang dengan waktu istirahat yang pendek. Hal tersebut hanyalah salah satu bentuk eksploitasi akibat adanya sistem kafala yang mengabaikan hak pekerja migran seperti. jam kerja, upah, dan kamp tempat tinggal yang tidak sesuai dengan kontrak kerja (The Guardian, 2022). Sistem kafala mengacu pada sistem agensi ketenagakerjaan yang mengikat pekerja migran melalui kontrak serta mengontrol status keimigrasian mereka. Kafeel atau agensi memiliki kendali penuh atas kontrak pekerja migran yang ketentuan dan isinya membuat pekerja migran tereksploitasi hingga meregang nyawa akibat kelelahan dalam bekerja (Robinson, 2022).
Selain masalah pekerja migran, isu yang menjadi topik perbincangan lain yaitu mengenai pelarangan atribut LGBT. Qatar memang dikenal sebagai negara yang tidak bersahabat bagi kelompok LGBT karena adanya undang-undang yang melarang LGBT. Aparat setempat secara terbuka melarang keberadaan LGBT, penggunaan simbol/atribut dan kegiatan kampanye yang terasosiasi dengan LGBT (Jeong, 2022). Hal ini kemudian menjadi perhatian khusus bagi suporter sepak bola dunia yang kerap menyuarakan hak-hak kelompok LGBT. Tidak hanya suporter, beberapa pemain pun turut ikut memprotes pelarangan tersebut dengan tetap mengenakan ban kapten ‘One Love’ warna-warni, meskipun hal tersebut batal dilakukan karena dianggap melanggar peraturan FIFA (PBS, 2022). Banyaknya masalah yang ditimbulkan di piala dunia ini membuat evaluasi penyelenggaraan wajib dilakukan secara serius. Evaluasi secara menyeluruh dapat dimulai dari tata cara pemilihan tuan rumah piala dunia yang lebih terbuka dan tidak tergantung dengan kepentingan bisnis. Gelaran piala dunia baiknya dikembalikan lagi ke pertengahan tahun seusai selesainya liga dan tidak memaksakan di akhir tahun hanya untuk kepentingan bisnis tuan rumah. Piala dunia patut dikembalikan menjadi ajang pemersatu bukan menjadi ajang beradu kepentingan yang memecah belah para pecinta sepak bola dunia.
Dewa Adi Nugraha adalah anggota divisi Penelitian dan Pengembangan FPCI UGM. Artikel ini melambangkan opini pribadi penulis dan belum tentu mewakili opini FPCI UGM.
Referensi
Jeong, A. (2022). Qatar continues to mistreat LGBT people before World Cup, rights group says [online] The Washington Post. Available at: https://www.washingtonpost.com/world/2022/10/25/qatar-world-cup-lgbt-arrest-human-rights/.
NPR (2022). FIFA’s former leader says making Qatar a World Cup host was a mistake. [online] NPR. Available at: https://www.npr.org/2022/11/08/1135102137/sepp-blatter-qatar-world-cup-mistake-fifa-sarkozy.
PBS (2022). World Cup teams end human rights armband protest after threats by FIFA [online] PBS. Available at: https://www.pbs.org/newshour/world/world-cup-teams-end-gay-rights-armband-protest-after-threatened-by-fifa.
Robinson, K. (2022). What Is the Kafala System? [online] Council on Foreign Relations. Available at: https://www.cfr.org/backgrounder/what-kafala-system.
The Guardian (2022). Has the World Cup really improved workers’ rights in Qatar? Five experts give their verdict. [online] The Guardian. Available at: https://www.theguardian.com/global-development/2022/oct/23/qatar-labour-policy-workers-world-cup-2022-expert-verdict [Accessed 22 Des. 2022].