Perdamaian di Tengah Pandemi, Mungkinkah?
Oleh: Jessenia Destarini Asmoro
Banyak konflik bersenjata yang terjadi di berbagai belahan bumi sepanjang abad ke-21 ini. Konflik-konflik tersebut telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang sangat serius. Di abad ke-21 ini pula, dunia dilanda pandemi COVID-19 yang menyebar begitu cepat. Menanggapi dua masalah tersebut, pada 23 Maret 2020 Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyerukan adanya gencatan senjata global (UN News, 2020). Menurutnya, saat ini seluruh pihak harus berfokus pada ‘pertempuran yang sesungguhnya untuk hidup kita’. Akan tetapi, apakah seruan tersebut benar-benar efektif?
Partai Komunis Filipina menyatakan gencatan senjata dengan pemerintah Filipina dengan klaim bahwa gencatan senjata tersebut mengikuti seruan dari António Guterres. Sebelumnya, pihak pemerintah pun telah mengumumkan gencatan senjata agar dapat fokus menghadapi COVID-19 (Gomez, 2020). Sementara itu, Palestina dan Israel yang telah berkonflik sejak tahun 1948 kini mulai menjalin kerja sama untuk memitigasi dampak dari COVID-19. Pandemi COVID-19 telah menciptakan musuh bersama bagi keduanya karena
terdapat interdependensi populasi antara kedua pihak dan wilayah masing-masing yang saling berbatasan (Gaurav, 2020). Lain lagi dengan realitas di Yaman. Kelompok Houthi masih melancarkan serangan setelah koalisi Arab Saudi mengumumkan gencatan senjata untuk dua minggu ke depan pada 9 April 2020 (McKernan, 2020). Faktanya, pihak Houthi menyebutkan bahwa pengumuman tersebut merupakan sebuah upaya manuver oleh pihak koalisi Arab Saudi (The Defense Post, 2020). Keadaan di Libya juga tidak jauh lebih baik. Stephanie Williams, kepala dari UN Support Mission in Libya menyebutkan bahwa pada tanggal 23 April 2020, konflik antara GNA dan LNA masih terus berlangsung (UN News, 2020).
Seruan dari António Guterres tersebut tidak sepenuhnya efektif. Meskipun telah ada upaya untuk menghentikan konflik berupa dorongan untuk bernegosiasi dari utusan khusus PBB untuk setiap wilayah konflik, tetap belum sepenuhnya mampu mengakhiri peperangan yang ada. Ego untuk mempertahankan kepentingan masing-masing tampak begitu kuat, walaupun ada ancaman yang jauh lebih besar di depan mata yang menghadang mereka.
Dalam kondisi seperti ini, yang jelas dirugikan adalah masyarakat sipil di setiap wilayah yang terdampak perang. Pandemi COVID-19 hanya semakin menambah beban hidup warga sipil di zona perang karena mereka masih harus bertahan hidup dalam kondisi perang dan sekarang semakin terdesak akibat pandemi COVID-19 yang mendunia.
Referensi
“COVID-19: UN chief calls for global ceasefire to focus on ‘the true fight of our lives’.” UN
News, last modified 23 March 2020. Accessed April 24, 2020.
https://news.un.org/en/story/2020/03/1059972.\
Gaurav, Kunal. “UN: COVID-19 Resulted In ‘inspiring Examples’ Of Cooperation Between
Israel, Palestine.” Republic World, last modified 24 April 2020. Accessed April 24,
2020. https://www.republicworld.com/world-news/rest-of-the-world-news/un-covid-
19-resulted-in-inspiring-examples-of-cooperation-israel.html.
Gomez, Jim. “Philippines: Communist Rebels Declare Ceasefire Amid Coronavirus Pandemic.” The Diplomat, last modified 25 March 2020. Accessed April 24, 2020.
https://thediplomat.com/2020/03/philippines-communist-rebels-declare-ceasefire-
amid-coronavirus-pandemic/.
“Intensifying shelling and COVID-19 pandemic creates ‘perfect storm’ in Libya.” UN News,
last modified 23 April 2020. Accessed April 24, 2020.
https://news.un.org/en/story/2020/04/1062432.
McKernan, Bethan. “Fighting escalates in Yemen despite coronavirus ‘ceasefire’.” The Guardian, last modified 14 April 2020. Accessed April 24, 2020.
https://www.theguardian.com/world/2020/apr/14/fighting-escalates-in-yemen-despite-coronavirus-ceasefire.
“Yemen’s Houthi rebels reject ceasefire with Saudi-led coalition.” The Defense Post, last modified 9 April 2020. Accessed April 24, 2020.
https://www.thedefensepost.com/2020/04/09/yemen-houthi-ceasefire-reject-
coronavirus/.