Pembebasan Empat WNI Sandera Abu Sayyaf: Momentum untuk Menghentikan Aksi Penyanderaan di Laut Sulu

Penulis: M. Naufal Fauzan

Kabar gembira sekaligus melegakan tersiar saat empat nelayan WNI yang telah disandera selama setahun oleh kelompok teroris Abu Sayyaf akhirnya diselamatkan secara terpisah oleh Aparat Keamanan Filipina pada Kamis (18/3) dan Minggu (21/3). Keberhasilan penyelamatan ini telah menihilkan jumlah WNI yang disandera Abu Sayyaf. Keempat korban secara umum dalam kondisi sehat dan sudah diserahkan kepada KBRI Manila pada Selasa (23/3) sebelum dipulangkan ke keluarga masing-masing di tanah air (KBRI Manila, 2021).

Pada operasi penyelamatan ini pula Aparat Keamanan Filipina berhasil melumpuhkan salah satu pemimpin penting Abu Sayyaf yakni Majan Sahidjuan alias Apo Mike. Ia terbunuh bersama dua asistennya setelah menghadapi baku tembak di Languyan, Provinsi Tawi-Tawi. Sahidjuan diyakini merupakan otak di balik berbagai penculikan dan pengeboman yang dilakukan Abu Sayyaf selama bertahun-tahun (Reuters, 2021). Terbunuhnya Sahidjuan semakin melemahkan kekuatan Abu Sayyaf yang dalam beberapa tahun terakhir gencar diserang militer. Saat ini diperkirakan tersisa 80 anggota Abu Sayyaf di Sulu, Filipina Selatan (Aulia, 2021).

Abu Sayyaf adalah kelompok teroris yang berbasis di Filipina dengan kegiatan utamanya berupa bisnis penculikan untuk mendapatkan uang tebusan dari pihak terkait (kidnap for ransom). Daerah operasi mereka berada di perairan penghubung Filipina, Malaysia, dan Indonesia (Perairan Sulu). Di perairan ini banyak nelayan WNI yang menggantungkan hidupnya dengan menjadi awak kapal di Malaysia. Dalam tiga tahun terakhir tercatat lebih dari 30 WNI disandera oleh Abu Sayyaf (BBC, 2020).

Harapan terbesar untuk meredam penyanderaan Abu Sayyaf justru bergantung pada Indonesia, Malaysia, dan Filipina dalam mengevaluasi kebijakan dalam negerinya meskipun kebijakan trilateral tak kalah penting. Indonesia perlu berhenti memberikan uang tebusan jika ada warganya yang diculik dan perlu untuk menghentikan migrasi nelayan dari Sulawesi ke Sandakan, Malaysia. Malaysia diharapkan untuk mengevaluasi Eastern Sabah Security Command (ESSCOM) yang diyakini membuat nelayan migran tidak nyaman sehingga mereka berlayar hingga keluar area patroli. Filipina melalui Duterte perlu menyesuaikan kembali pendekatannya dengan Nur Misuari (Tokoh Front Pembebasan Nasional Moro) untuk memastikan bahwa dirinya maupun loyalisnya tak melindungi aktivitas Abu Sayyaf (IPAC, 2020). Melemahnya Abu Sayyaf kiranya menjadi momentum untuk memulai strategi baru yang lebih jitu dalam mengubur riwayat Abu Sayyaf dalam-dalam.

Referensi :

Aulia, L. (2021, March 22). Pemimpin Kelompok Teroris Abu Sayyaf Tewas. Retrieved from Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/internasional/2021/03/22/pemimpin-kelompok-teroris-abu-sayyaf-tewas/

BBC. (2020, January 22). WNI kembali diculik Abu Sayyaf di perairan Malaysia, Kemlu imbau awak kapal tak melaut di seputar kawasan rentan penculikan. Retrieved from BBC News: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51193289

IPAC. (2020). Stopping Abu Sayyaf Kidnappings: An Indonesian-Malaysian Case Study. Institute for Policy Analysis of Conflict.

Manila, K. (2021, March 23). KBRI Manila Terima 4 WNI Korban Sandera Abu Sayyaf Group. Retrieved from Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila: https://kemlu.go.id/manila/id/news/11880/kbri-manila-terima-4-wni-korban-sandera-abu-sayyaf-group

Reuters. (2021, March 21). Philippine troops rescue Indonesian hostages and kill top Abu Sayyaf militant. Retrieved from The Guardian: https://www.theguardian.com/world/2021/mar/21/philippine-troops-rescue-indonesian-hostages-and-kill-top-abu-sayyaf-militant

--

--

Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM
Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM

Written by Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM

“Shape & promote positive Indonesian internationalism throughout the nation & the world.” | Instagram: @fpciugm | LINE: @toh2615q | LinkedIn: FPCI Chapter UGM

No responses yet