Mimpi Perubahan dalam Pesta Demokrasi Bumi Lorosae
Penulis: Gregorius Nugroho Arimurti
Pada 19 Maret 2022, Timor Leste melaksanakan pemilihan presiden untuk masa jabatan 2022–2027. Pemilihan ini adalah pemilihan presiden kelima sejak Timor Leste meraih kemerdekaan pada tahun 2002. 16 kandidat yang maju lewat jalur partai dan independen ikut serta dalam pemilihan ini, dengan dua nama yang mendominasi. Keduanya adalah Jose Ramos Horta, pe-menang Nobel Perdamaian yang diusung partai oposisi CNRT dan presiden petahana Fransisco Guterres dari partai Fretilin. Ramos Horta muncul sebagai kandidat unggulan, meski gagal mendapatkan suara mayoritas, setelah rekapitulasi suara rampung pada 21 Maret (The Jakarta Post, 2022). Putaran kedua pemungutan suara telah dijadwalkan pada 19 April untuk menetapkan pemenang yang akan dilantik sebagai presiden pada 20 Mei (The Jakarta Post, 2022).
Isu utama dalam pemilihan ini adalah krisis politik berkepanjangan yang melanda Timor Leste sejak 2018 (Vieria, 2022). Krisis tersebut dipicu oleh presiden Guterres yang menolak untuk melantik beberapa menteri dari partai CNRT. Dugaan korupsi oleh menteri-menteri tersebut dijadikan Guterres sebagai dasar penolakannya. Penolakan tersebut menyulut perpecahan dalam koalisi antara Fretilin dan CNRT. Krisis tersebut berdampak pada jalannya roda pemerintahan dan mendorong dua perdana menteri untuk mengundurkan diri. Salah satunya adalah perdana menteri Taur Matan Ruak yang mundur pada tahun 2020 setelah rencana anggaran yang diajukan pemerintahannya tidak disetujui parlemen. Hambatan politik tersebut kemudian dijadikan tema kampanye oleh Ramos Horta dan Guterres. Keduanya menyebut diri sebagai pelindung konstitusi dan berjanji mengakhiri krisis jika terpilih.
Isu lain yang disorot dalam pemilihan ini adalah respon pemerintah terhadap dampak ekonomi pandemi Covid-19 dan siklon Seroja (France 24, 2022). Penolakan rencana anggaran belanja oleh parlemen pada tahun 2020 terbukti fatal ketika pandemi Covid-19 melanda. Pemerintahan yang berjalan tanpa anggaran terpaksa menggunakan dana milik lembaga investasi pelat merah untuk membiayai upaya mitigasi pandemi. Masalah kemudian bertambah ketika siklon Seroja menyambangi Timor Leste dan sebagian wilayah Indonesia pada tahun 2021. Siklon tersebut menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan pada beberapa infrastruktur strategis. Respon kurang memadai yang diberikan pemerintah dianggap sebagai akibat dari ketidakstabilan politik (World Bank Group, 2022). Pemilihan presiden ini menjadi momentum perbaikan dengan mewujudkan kestabilan politik.
Gregorius Nugroho Arimurti adalah anggota divisi Penelitian dan Pengembangan FPCI UGM. Artikel ini melambangkan opini pribadi penulis dan belum tentu mewakili opini FPCI UGM
Referensi
World Bank Group. 2021. Timor-Leste Economic Report, May 2021: Charting a New Path [Press Release]. https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/35720.
AFP. 2022. East Timor votes in presidential election. France 24. https://www.france24.com/en/live-news/20220319-east-timor-votes-in-presidential-election.
Vieira, Zevonia. 2022. Timor Leste heads to polls amid political deadlock. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/world/2022/03/17/timor-leste-heads-to-the-polls-amid-political-deadlock-.html.
Reuters. 2022. Ramos-Horta early frontrunner in Timor Leste election. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/world/2022/03/20/ramos-horta-early-frontrunner-in-timor-leste-election.html
Reuters. 2022. Timor Leste presidential election headed for April run-off. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/world/2022/03/21/timor-leste-presidential-election-headed-for-april-run-off.html