Konflik Rusia–Ukraina dan Dilema Indonesia sebagai Pemegang Presidensi G20
Penulis: Sandya Azarine Winsafitri
Dalam jangka waktu dua bulan belakangan, dunia internasional telah beberapa kali dihebohkan dengan krisis yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina. Walaupun kedua negara tersebut telah memiliki tensi panas sejak lama, tetapi eskalasi konflik mulai kembali terjadi semenjak awal tahun 2022 hingga puncaknya adalah ketika Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari yang lalu (Kirby, 2022). Hingga saat ini, konflik masih berlangsung dengan korban jiwa sebanyak 3.090 warga sipil Ukraina dan 1.198 di antaranya adalah korban yang telah tewas (PBB dalam Relief Web, 2022).
Selain korban jiwa, konflik antara kedua negara tersebut juga menyebabkan efek buruk di bidang ekonomi. Karena Ukraina dan Rusia adalah dua negara penghasil jagung, gandum, dan barley terbesar di dunia, tentunya konflik ini memberikan dampak besar terhadap ekspor impor. Kerugian ekspor sebesar 1.5 miliar US Dollar telah diderita oleh Ukraina akibat tertahannya biji-bijian sebanyak 16 juta ton di dalam negeri (Specia, et. al., 2022). Di sisi lain, dukungan dari negara-negara Barat terhadap Ukraina juga menyebabkan ekonomi Rusia melemah. Salah satu faktor yang dapat membuat ekonomi Rusia melemah adalah adanya sanksi dan pembatasan yang dikeluarkan dari Barat, seperti contohnya pembatasan impor energi dari Rusia secara ekstrim oleh Joe Biden pada 8 Maret lalu (Kirby & Guyer, 2022).
Bertepatan dengan krisis Rusia-Ukraina, pada tahun ini kursi presidensi G20, sebuah forum berisikan negara-negara kontributor lebih dari 80% PDB di dunia yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi global, termasuk pula Rusia di dalamnya, dipegang oleh Indonesia. Permasalahan dilema Indonesia dimulai ketika Lyudmila Vorobieva, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, menyampaikan rencana Vladimir Putin untuk menghadiri Konferensi G20 di Bali pada bulan Oktober yang akan datang (Stimson, 2022). Rencana tersebut membuat Indonesia selaku pemimpin Konferensi G20 pada 2022 menjadi serba salah dalam mengambil keputusan.
Sejak awal, Indonesia selalu berhati-hati dalam menyikapi konflik antara Rusia dan Ukraina. Jokowi berusaha untuk mengambil posisi netral tanpa melancarkan kritik atau dukungan ke salah satu pihak karena menganggap bahwa kedua belah pihak yang berkonflik adalah kawan Indonesia (Shotaro & Koya, 2022). Namun, posisi Indonesia sekarang semakin terpojok karena adanya polarisasi antarnegara akibat dari konflik Rusia-Ukraina.
Di satu sisi, Amerika Serikat beserta sekutunya sudah pasti kontra akan kehadiran Rusia dalam Konferensi G20 tahun ini. Dilansir dari CNN Indonesia (2022), Uni Eropa, Inggris, Amerika Serikat, dan Australia telah menyatakan sikap keberatan mereka terhadap kehadiran Rusia. Selain itu, Joe Biden dengan 15 pemimpin negara sekutu AS juga memilih untuk tidak datang ke Konferensi G20 di Bali jika Indonesia memutuskan untuk tetap mengundang Rusia (McBeth, 2022). Sebagai tambahan, Joe Biden menyarankan jika Rusia tetap diundang ke Konferensi G20 di Bali, maka Ukraina juga harus diundang (CNN Indonesia, 2022).
Namun di sisi lain, jika Indonesia memutuskan untuk tidak mengundang Rusia, maka besar kemungkinan untuk negara-negara sekutu Rusia seperti Tiongkok dan India untuk memboikot konferensi tersebut (McBeth, 2022). Dalam hal ini dilansir dari iNews (2022), Tiongkok mendukung tindakan Indonesia untuk tetap berfokus terhadap isu utama G20 mengenai pemulihan ekonomi serta tidak memasukkan perkara Krisis Rusia–Ukraina ke dalam konferensi. Selain itu, Tiongkok juga berharap Indonesia untuk menghiraukan berbagai desakan yang ada.
Setelah mengetahui pandangan dari kedua belah pihak dan melakukan pertimbangan mengenai posisi manakah yang lebih menguntungkan bagi kepentingan nasional dan reputasi Indonesia, akankah Indonesia tetap mengundang Rusia ke dalam Konferensi G20 di Bali pada akhir Oktober nanti?
Sandya Azarine Winsafitri adalah anggota divisi Penelitian dan Pengembangan FPCI UGM. Artikel ini melambangkan opini pribadi penulis dan belum tentu mewakili opini FPCI UGM
REFERENSI
CNN Indonesia. (2022, March 29). Inggris: Rusia Persulit Presidensi RI di G20 dengan Invasi Ukraina. Internasional. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220329180202-113-777611/inggris-rusia-persulit-presidensi-ri-di-g20-dengan-invasi-ukraina
iNews. (2022, March 31). China Dukung Sikap Indonesia sebagai Pemegang Presidensi G20 soal Perang Rusia-Ukraina. INews.ID. https://www.inews.id/news/internasional/china-dukung-sikap-indonesia-sebagai-pemegang-presidensi-g20-soal-perang-rusia-ukraina
Kirby, J., & Guyer, J. (2022, March 12). The dangerous new phase of Russia’s war in Ukraine, explained. Vox. https://www.vox.com/22970918/russia-war-in-ukraine-explained
Kirby, P. (2022, March 2). Why has Russia invaded Ukraine and what does Putin want? BBC News. https://www.bbc.com/news/world-europe-56720589
McBeth, J. (2022, March 15). Ukraine threatens rain on Indonesia’s G20 parade. Asia Times. https://asiatimes.com/2022/03/ukraine-threatens-rain-on-indonesias-g20-parade/
Relief Web. (2022, March 31). Ukraine Crisis — Situation Report #8 (March 31, 2022) — Ukraine. ReliefWeb. https://reliefweb.int/report/ukraine/ukraine-crisis-situation-report-8-march-31-2022
Shotaro, T., & Koya, J. (2022, March 9). Indonesia’s Jokowi calls for cease-fire in Russia-Ukraine war. Nikkei Asia. https://asia.nikkei.com/Editor-s-Picks/Interview/Indonesia-s-Jokowi-calls-for-cease-fire-in-Russia-Ukraine-war
Specia, M., Troianovski, A., & Erlanger, S. (2022, March 31). What Happened on Day 36 of Russia’s Invasion of Ukraine. The New York Times. https://www.nytimes.com/live/2022/03/31/world/ukraine-russia-war-news#ukraine-russia-war
Stimson, B. (2022, March 23). Putin plans to attend G20 summit later this year, Russian ambassador to Indonesia says. Fox News. https://www.foxnews.com/world/putin-plans-to-attend-g20-summit-later-this-year-russian-ambassador-to-indonesia-says
Strangio, S. (2022, March 23). Russia-Ukraine War Threatens to Derail Indonesia’s G20 Chairmanship. Thediplomat.com. https://thediplomat.com/2022/03/russia-ukraine-war-threatens-to-derail-indonesias-g20-chairmanship/