Gerakan Separatis Sebagai Ancaman Integrasi Bangsa

Oleh: Yuma Putra Bangsa

Indonesia sebagai negara yang kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu dan juga beranekaragam suku bangsa di didalamnya tentunya membutuhkan yang namanya integrasi bangsa atau lebih dikenal dengan persatuan dan kesatuan bangsa menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, urgensi mengenai hal tersebut sendiri sangatlah penting dimana hal tersebut sendiri bahkan menjadi salah satu cita cita bangsa sebagaimana tertuang didalam sila Pancasila, khususnya sila ke-3 Pancasila yaitu “Persatuan Indonesia”. Namun mengingat latar belakang baik itu di bidang ekonomi, budaya dan juga sosial sangatlah beragam mengakibatkan pencapaian cita-cita bangsa tersebut seringkali mengalami hambatan, yang mana yang dimaksud dengan hambatan disini adalah munculnya ancaman-ancaman yang apabila dibiarkan dapat mengakibatkan hancurnya integrasi bangsa. Ancaman-ancaman tersebut sendiri dapat berupa munculnya politik identitas, otoritarianisem dan juga munculnya gerakan separatisme.(Siregar 2014:1)

Diantara berbagai ancaman tersebut gerakan separatisme sendirilah yang cenderung sangat mengancam integrasi bangsa, yang mana hal tersebut dikarenakan gerakan separatisme yang secara terang-terangan ingin memisahkan diri dari suatu bangsa yang hal tersebut tentunya akan mengakibatkan hancurnya integrasi. Separatisme sendiri dapat dikatakan dapat merusak atau menghancurkan intregasi bangsa dikarenakan sejatinya integrasi bangsa menginginkan adanya persatuan dari berbagai keanekaragaman menjadi satu kesatuan sedangkan separatism secara sederhan dapat diartikan bertentengan dengan konsep integrasi itu sendiri dimana separtisme ingin keluar dari persatuan yang telah ada.

Dalam perkembangannya sendiri indonesia sudah beberapa kali mengalami atau menghadapi munculnya gerakan separatisme. Sepanjang sejarah indonesia terdapat beberapa gerakan separatism yang muncul di berbagai daerah, diantaranya adalah di daerah Papua dan di daerah Aceh. Sehubungan dengan ancaman integrasi bangsa yang berupa gerakan separatis tersebutlah penulis ingin membahas mengenai gerakan separatisme sebagai ancaman terhadap integrasi bangsa dalam essay ini.

Separatisme sendiri sebenarnya merupakan suatu paham yang memanfaatkan perpecahan dalam suatu golongan atau bangsa demi kepentingan kelompoknya. Apabila mengacu kepada apa yang telah terjadi didalam gerakan separatis di papua dan juga yang terjadi di aceh sebenarnya terdapat beberapa faktor yang dapat dikatakan sebagai penyebab dari terjadinya gerakan separatis atau penyebab dari separatisme itu sendiri. Faktor yang pertama adalah faktor ideologis. Faktor ideologis sendiri menjadi salah satu penyebab terjadinya separatisme disebabkan oleh dalam faktor ini muncul sebuah pemahaman baru tentang tatanan kehidupan dan dengan adanya pemahaman baru yang diyakini oleh gerakan separatis tersebut maka muncul keinginan dalam kelompok separatis untuk menyebarkan pemahaman tersebut dan mengganti pemahaman atau ideologi bangsa yang sudah ada sebelumnya dengan ideologi yang mereka yakini, upaya tersebut secara umum seringkali gagal untuk diterapkan dan dengan adanya kegagalan tersebut para kelompok separatis ingin memisahkan diri dari suatu bangsa sehingga mereka dapat menerapkan pemahaman atau ideologi yang mereka yakini tersebut dengan lebih maksimal dan juga dengan lebih leluasa.

Selain disebabkan oleh adanya faktor ideologi, gerakan separatisme juga dapat terjadi diakibatkan oleh adanya faktor kezaliman politik, yang mana dalam faktor ini pemerintah yang berkuasa tidak memberikan ruang yang cukup kepada warga negaranya sehingga warga negara tersebut tidak bisa mengekspresikan tuntutan atau mengekspresikan apa yang menjadi kenginannnya, akibat dari hal tersebut sendiri adalah munculnya keinginan untuk berpisah dari suatu negara karena mereka akan merasa negara sudah tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi keinginannnya. Faktor selanjutnya yang memunculkan separatisme sendiri adalah berkaitan dengan faktor ekonomi, yang dimaksud dengan faktor ekonomi disini adalah separatisme dapat terjadi apabila tidak terjadi atau tidak dapat ditemukan adanya kesetaraan atau keseimbangan ekonomi, apabila pemerintah hanya menfokuskan diri kepada suatu wilayah khususnya dalam bidang ekonomi dan kurang memperhatikan wilayah lainnya maka akan memunculkan kecemburuan sosial yang mana sebagai akibat kecemburuan sosial tersebut tentunya akan menghasilkan keinginan untuk memisahkan diri dari suatu bangsa, faktor ekonomi sendiri disini menjadi salah satu penyebab munculnya gerakan separatisme di Papua yang sampai sekarang masih belum dapat dipadamkan.(Hartati 2010:17)

Factor selanjutnya adalah faktor sejarah, gerakan separatisme sendiri dapat terjadi dikarenakan adanya pengaruh yang melibatkan sejarah suatu daerah, hal ini sendiri dapat dicontohkan dengan gerakan separatisme yang terjadi di Aceh. Apabila dilihat dari sejarahnya Aceh tidaklah pernah menyerah kepada pemerintahan Belanda namun Aceh tetap memilih untuk bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1945. Dengan penggabungan Aceh kepada Indonesia yang terjadi akibat keinginan masyrakat aceh sendiri dan bukan dikarenakan hasil pemindahan kekuasaan setelah Belanda kalah mengakibatkan muncul gerakan separatis di Aceh yang menginginkan Aceh berpisah atau merdeka dari Indonesia, mereka beranggapan Aceh masih dapat maju dan berdiri sendiri meskipun tidak bergabung dengan Indonesia dikarenakan sejatinya Aceh tidaklah tunduk kepada Belanda dan harus menjadi bagian wilayah Indonesia melainkan Aceh sendirilah yang memilih untuk bergabung ke Republik Indonesia pada Tahun 1945.(INOUE 2001)

Selain dapat terjadi dikarenakan oleh faktor internal seperti faktor ideologis, politik dan juga faktor ekonomi. Gerakan separatisme di Indonesia sendiri dapat terjadi sebagai akibat dari adanya pengaruh asing, Intervensi bangsa asing disini dapat terjadi karena ada keinginan bangsa asing tersebut untuk memanfaatkan suatu wilayah, hal ini sendiri pernah terjadi pada saat pemisahan Timor-Timor (Timor Leste) yang pemisahan timor-timor tersebut sangat sarat dengan campur tangan asing.(Cipto 2003:12)

Berkaitan dengan terjadinya Separatisme tersebut sendiri terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan sehingga gerakan separatisme dapat diredam yang mana cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan pemerataan berbagai aspek seperti bidang ekonomi, dan juga bidang-bidang kehidupan lainnya. Selain dengan pemerataan tersebut, Indonesia sendiri sebenarnya telah memiliki suatu sistem yang apabila dimanfaatkan dengan maksimal tentunya dapat menekan terjadinya separatism. Sistem tersebut sendiri adalah sistem otonomi daerah dimana dengan adanya otonomi daerah tentunya setiap daerah dapat mengurus sendiri urusan daerahnya masing-masing sehingga dengan daerah yang dapat mengurus urusan daerahnya masing-masing permasalahan seperti kurangnya perhatian pemerintah, ketidakmerataan pembangungan dan juga berbagai permasalahan pemicu separatisme dapat ditekan karena mereka sendirilah yang mengurus daerahnya.(Jati 2016:766)

Integrasi bangsa secara sederhana dapat diartikan sebagai mempersatuakan segala perbedaan yang ada dalam masyarakat dan menjadikan perbdaan tersebut menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan, seiring dengan perjalanan bangsa muncul ancaman terhadap integrasi yang mana dalam hal ini berubah separatisme. Separatisme sendiri dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor seperti ideologi, ekonomi, dan juga faktor eksternal seperti intervensi asing. Apabila berkaca kepada apa yang terjadi di Aceh dan Papua maka dapat dikatakan bahwa faktor ekonomilah yang kerap menjadi penyebab separtisme. Guna mengatasi separatisme sendiri dapat dilakukan pemerataan dan juga pengoptimalan sistem otonomi daerah sehingga permasalahan yang menjadi penyebab terjadinya separatisme dapat diatasi dan terselesaikan.

PROFIL PENULIS

Yuma Putra Bangsa, lahir di Metro pada 17 Agustus 2005, ia sempat pindah ke Bandar Lampung pada saat bangku SD kelas 2. Yuma memiliki hobi dalam menulis dan membaca, ia suka sekali jika ada tugas yang berkaitan dengan kepenulisan sastra.

Tak hanya itu, Yuma telah menorehkan banyak prestasi baik pada bidang kepenulisan ataupun di luar itu, diantaranya Yuma pernah memenangi Juara 1 Lomba Cepat Tepat Ekonomi Koperasi di Unila, Juara 1 Lomba cerita pendek bahasa inggris di Universitas Kristen Petra dan Juara Favorit pada kompetisi pidato perpajakan yang diadakan oleh PKN STAN. Yuma juga aktif dalam eskul jurnalistik di SMA, ia menjadi Ketua Umum Persisma 2021–2022 dan telah memangku jabatan lainnya di SMA seperti Ketua Umum English Club, Ketua Umum Mading Debat serta Sekretarist Umum MPK.

Saat ini, Yuma sedang mengerjakan proyek cerita alternate universe ( AU ) di Twitter. Mari berteman pada kanal sosial media Yuma di instagram @ymaptr

DAFTAR PUSTAKA

Cipto, Bambang. 2003. “Gerakan Separatis Dan Dampaknya Terhadap Pengembangan Demokrasi.” Unisia (47).

Hartati, Anna Yulia. 2010. “Separatisme Dalam Konteks Global (Studi Tentang Eksistensi Republik Maluku Selatan (RMS) Sebagai Gerakan Separatis Indonesia).” Spektrum 7(2).

INOUE, Osamu. 2001. “Separatism in Indonesia.” アジア研究 47(4).

Jati, Wasisto Raharjo. 2016. “Inkonsistensi Paradigma Otonomi Daerah Di Indonesia: Dilema Sentralisasi Atau Desentralisasi.” Jurnal Konstitusi 9(4):743–70.

Siregar, Christian. 2014. “Pancasila, Keadilan Sosial, Dan Persatuan Indonesia.” Humaniora 5(1):107–12.

--

--

Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM
Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM

Written by Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM

“Shape & promote positive Indonesian internationalism throughout the nation & the world.” | Instagram: @fpciugm | LINE: @toh2615q | LinkedIn: FPCI Chapter UGM

No responses yet