Gerakan Fridays for Future

Written by: Archandra Sugama, Brigitta Kalina, dan Dhiah Rizka Raihani

Greta Thunberg, remaja putri asal Swedia, berhasil menginspirasi pelajar dari berbagai negara untuk melakukan aksi bernama Fridays for Future. Aksi berbentuk student’s strike ini digelar sebagai bentuk kepedulian terhadap perubahan iklim akibat pemanasan global. Thunberg mengajak pelajar di seluruh dunia untuk bolos sekolah pada hari Jumat dalam rangka melakukan demonstrasi yang menyerukan kepedulian terhadap lingkungan. Thunberg melakukan demonstrasi pertamanya pada Agustus 2018 dengan cara duduk dan membawa tulisan-tulisan mengenai perubahan iklim di luar gedung parlemen Swedia. Ia memutuskan untuk membolos sekolah setiap hari Jumat untuk melanjutkan aksi ini. Selain dukungan dari berbagai penjuru dunia, aksi Fridays for Future didukung pula oleh para ilmuwan di Eropa yang tergabung dalam Scientist for Future melalui petisi. Organisasi lingkungan internasional Greenpeace juga terafiliasi dalam setiap kegiatan Thunberg ini. Aksi ini lantas menjadi inklusif, di mana tidak hanya pelajar sekolah yang terlibat di dalamnya, tetapi juga orang-orang dari berbagai kalangan, bahkan politisi seperti Angela Merkel dan Leo Varadkar. Berkat inisiasi yang dilakukan gadis berumur 16 tahun ini, ia dinobatkan sebagai calon peraih penghargaan Nobel perdamaian oleh tiga anggota parlemen Norwegia.

Fridays for Future yang dimulai di Swedia kini mulai meluas dan menimbulkan efek bola salju ke negara-negara lain di dunia. Aksi ini merupakan sebuah pencapaian besar di mana sebuah aksi yang awalnya hanya dilakukan oleh seorang remaja berusia 16 tahun dapat menarik minat-minat remaja lain hingga mencapai ratusan ribu remaja dari seratus negara. Setahun setelah Fridays for Future dibentuk, tercatat sebanyak 1.659 agenda pemogokan iklim di seluruh dunia. Di Inggris misalnya, sebanyak 10.000 siswa keluar dari kelas untuk mengikuti aksi mogok kerja dengan tujuan untuk memprotes kinerja pemerintah dan para politikus dalam upaya pengendalian perubahan iklim. Sebanyak 10.000 siswa tebagi ke 60 kota yang berbeda untuk melakukan aksinya. Sekitar 3.000 pelajar berkumpul di London dengan 2.000 di antaranya di Oxford dan 1.000 di Exeter dan Leeds serta sisanya di kota-kota lain sambil membawa tulisan-tulisan yang menyuarakan ajakan untuk meningkatkan kepedulian terhadap perubahan iklim.

Aksi-aksi serupa yang dilakukan oleh para pelajar tidak hanya dilakukan di Benua Eropa saja, tetapi juga dilakukan di benua-benua lain seperti Amerika, Australia, dan Asia. Pada tahun 2019, di Benua Australia, sebanyak 50 aksi unjuk rasa sudah direncanakan. Di Bangkok, aksi unjuk rasa yang dilakukan di depan pusat pelayanan publik di kompleks pemerintahan dipimpin oleh seorang anak perempuan berusia 11 tahun bernama Lily. Sejumlah pelajar meninggalkan kelas mereka untuk bersama-sama membuat petisi yang ditujukan kepada Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha.

Berbagai gerakan pelajar di seluruh dunia yang menyerukan tuntutan akan adanya tindakan dari pemerintah mereka untuk mengatasi perubahan iklim merupakan bukti dari bagaimana aksi yang dilakukan oleh Greta Thunberg dapat menginspirasi pelajar-pelajar dari negara lain. Aksi yang telah menjadi global ini akhirnya memberikan kesempatan bagi Greta dan teman-temannya di Fridays for Future untuk menyuarakan keresahannya secara langsung di depan para elit politik di berbagai organisasi internasional. Pada Desember 2018 lalu, Ia diberi kesempatan untuk bersuara di UN Climate Change Summit yang diadakan di Polandia. Tidak hanya berbicara di konferensi yang dihadiri oleh 200 lebih negara, Greta juga mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan keresahannya kepada sekretaris jenderal PBB, Antonio Guterres, secara langsung dan mendapatkan respon yang cukup positif. Dari diskusinya, Guterres menyatakan bahwa generasi muda harus dilibatkan dalam tugas dunia terutama untuk mengatasi dan membuat berbagai kebijakan mengenai isu perubahan iklim. Selain itu, pada Februari 2019 Greta juga berkesempatan untuk berkunjung ke Brussels dan memberi peringatan kepada Uni Eropa untuk meningkatkan upaya pengurangan emisi greenhouse gas yang awalnya 40% menjadi 80% pada akhir 2030. Tidak hanya itu, Greta juga berkesempatan untuk mengunjungi European Parliament di Strasbourg pada 16 April 2019 dan berbicara di depan komite lingkungan mengenai keresahannya dan usulan langkah yang harus dilakukan oleh para elit politik Uni Eropa. Berkat aksi ini, Uni Eropa kini berkomitmen untuk mengurangi emisi greenhouse gas sebanyak 45%. Terlepas dari maraknya dukungan, aksi Fridays for Future juga mendapatkan kritik dari para pemimpin politik di berbagai negara. Salah satunya adalah Theresa May, Perdana Menteri Inggris, yang mengkritisi bagaimana para siswa justru berbondong-bondong meninggalkan kelas demi aksi ini. Tidak hanya itu, Senator Australia Mathias Cormann, menyatakan bahwa siswa seharusnya berada di sekolah saja dan menyayangkan bahwa ada beberapa pihak berkepentingan yang dianggap menggunakan para siswa untuk mencapai kepentingannya. Perdana Menteri Scott Morrisson juga menyuruh para pelajar untuk kembali ke sekolah daripada turun ke jalanan untuk melancarkan aksi mereka. Walaupun masih tidak sesuai target yang diinginkan dan mendapatkan kritik dari berbagai pihak, Fridays for Future membuktikan bahwa siswa sekolah mampu mempengaruhi keputusan politik di berbagai organisasi internasional. Aksi Fridays for Future menunjukkan bahwa siapapun dapat berkontribusi dalam perubahan menuju dunia yang lebih baik, dalam kasus ini kalangan remaja, khususnya pelajar, yang menuntut orang “dewasa” untuk menjadikan bumi lebih habitable dengan mengurangi praktik-praktik yang bersifat destruktif terhadap lingkungan. Pesan pelajar ini jelas — mengapa repot-repot berada di sekolah dan belajar untuk masa depan jika masa depan itu sendiri tidak akan ada.

Referensi:

D. Carrington, ‘Greta Thunberg nominated for Nobel peace prize,’ The Guardian (daring), 14 Maret 2019, <https://www.theguardian.com/world/2019/mar/14/greta-thunberg-nominated-nobel-peace-prize>, diakses pada 18 April 2019.

Taylor, Matthew, et al., ‘Youth Climate Strikes to Take Place in More than 100 Countries,’ The Guardian (daring), 14 Maret 2019, <www.theguardian.com, https://www.theguardian.com/education/2019/mar/14/youth-climate-strikes-to-take-place-in-almost-100-countries-greta-thunberg.>, diakses pada 18 April 2019.

Taylor, Matthew, et al., ‘School Pupils Call for Radical Climate Action in UK-Wide Strike,’ The Guardian (daring), 15 Februari 2019, <https://www.theguardian.com/environment/2019/feb/15/uk-climate-change-strike-school-pupils-children-environment-protest.>, diakses pada 18 April 2019.

Watson, Joey, and Slee, ‘‘We Can’t Afford Not to’: Why These Kids Will Ditch School to Fight for Climate Action,’ ABC News (daring), 14 Maret 2019, <https://www.abc.net.au/news/2019-03-14/australian-school-students-why-theyll-strike-for-climate-change/10892920.>, diakses pada 18 April 2019.

Bangkok Students Strike against Climate Change,’ The Nation (daring), 15 Maret 2019, <http://www.nationmultimedia.com/detail/breakingnews/30365861>, diakses pada 18 April 2019.

D. Carrington, ‘‘Our Leaders Are like Children,’ School Strike Founder Tells Climate Summit,” The Guardian (daring), 4 Desember 2018,<https://www.theguardian.com/environment/2018/dec/04/leaders-like-children-school-strike-founder-greta-thunberg-tells-un-climate-summit>, diakses pada 18 April 2019.

‘Greta Thunberg Urges EU Voters to Back Child Climate Activists,’ The Local (daring), 16 April 2019, <https://www.thelocal.se/20190416/greta-thunberg-urges-eu-voters-to-back-child-climate-activists>, diakses pada 18 April 2019.

‘‘Kids Should Be in School’: Student Protest-Goers Cop Criticism from Politicians,’ SBS News (daring), 15 Maret 2019, <https://www.sbs.com.au/news/kids-should-be-in-school-student-protest-goers-cop-criticism-from-politicians>, diakses pada 18 April 2019.

--

--

Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM
Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM

Written by Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM

“Shape & promote positive Indonesian internationalism throughout the nation & the world.” | Instagram: @fpciugm | LINE: @toh2615q | LinkedIn: FPCI Chapter UGM

No responses yet