Film De Oost: Pendobrak Isu Kolonialisme Negeri Kincir Angin
Oleh: Dewa Adi Nugraha
Film De Oost atau The East merupakan film yang digarap oleh sutradara Jim Taihuttu, seorang warga Belanda berketurunan Maluku bersama dengan pemain dan kru perpaduan dari Belanda dan Indonesia. Film tersebut mengisahkan perang batin tentara muda Belanda Johan De Vries yang menjadi anak buah Raymond Westerling dalam operasi melawan pasukan anti-gerilya di Hindia Belanda (Wijaya, 2021).
Subjek kemerdekaan Indonesia masih menjadi topik sensitif di Belanda, sehingga film ini menimbulkan berbagai reaksi dan ulasan. Putri Raymond Westerling, Palmyra Westerling melalui surat terbukanya mengecam film De Oost yang dia nilai memalsukan sejarah (Iswara, 2021). Organisasi Federatie Indische Nederlanders atau FIN juga menilai film De Oost mencemarkan nama baik pejuang KNIL yang telah bertempur membela negara dan menganggapnya sebagai propaganda “anti-Belanda”. FIN bahkan mengajukan gugatan namun pengadilan memutuskan pembuat film De Oost tidak bersalah. Di sisi lain, sejarawan Indonesia Bonnie Triyana memuji film itu karena menjadi “tamparan keras” bagi mereka yang disebutnya “kelompok kanan” dan “retrogresif” di Belanda (Republika, 2021).
Menteri Pertahanan Belanda, Ank Bijleveld ikut berkomentar. Ia menyayangkan film ini yang menyebabkan keresahan di kalangan veteran. Pada kunjungan Raja Belanda ke Indonesia di tahun 2020, Raja Belanda sebenarnya telah meminta maaf atas kekerasan berlebihan yang dilakukan dari pihak Belanda di masa-masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bahkan pemerintah Belanda juga siap menawarkan ganti rugi kepada anak-anak dari warga Indonesia yang dieksekusi oleh serdadu Belanda dalam periode tersebut, meski banyak ahli waris yang hingga kini masih kesulitan dalam mengakses skema ganti rugi yang ditetapkan (Wijaya, 2021).
Peluncuran film De Oost dibarengi dengan peluncuran program pendidikan daring bernama De Wereld van De Oost (Dunia Timur) untuk sekolah menengah di Belanda. Program ini juga menyelenggarakan kelas dengan format yang berbeda di beberapa tingkat pendidikan (Bosch, 2021). Program ini diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan perhatian kepada perang kemerdekaan Indonesia dan sejarah kolonial Belanda pada umumnya Langkah-langkah yang diambil De Wereld van De Oost diharapkan dapat mencapai pendekatan multi-perspektif kurikulum sejarah di sekolah menengah Belanda sehingga menciptakan historiografi yang lebih inklusif di Belanda (Vermeulen, 2021).
References
Bosch, L., 2021. New film ‘De Oost’ about the Indonesian War of Independence [online] Dutch Culture. Available at: <https://dutchculture.nl/en/news/new-film-de-oost-about-indonesian-war-independence> [Accessed 28 August 2021].
Iswara, A.J., 2021. Kontroversi De Oost, Film Belanda yang Berani Mengorek Kekejaman Westerling. [online] Kompas. Available at: <https://www.kompas.com/global/read/2021/05/24/151900870/kontroversi-de-oost-film-belanda-yang-berani-mengorek-kekejaman?page=all> [Accessed 28 August 2021].
Republika, 2021. The East: Film yang Membuka Perspektif Baru Sejarah Indonesia-Belanda . [online] Republika. Available at: <https://republika.co.id/berita/senggang/blitz/qxihbr224000/the-east-film-yang-membuka-perspektif-baru-sejarah-indonesiabelanda> [Accessed 28 August 2021].
Vermeulen, R., 2021. ‘De Oost’: Learning from a controversial feature film. [online] Dutch Culture. Available at: <https://dutchculture.nl/en/educational-programme-wereld-van-de-oost> [Accessed 28 August 2021].
Wijaya, C., 2021. De Oost: Film tentang aksi pembantaian Westerling di Indonesia disebut ‘simbol keberanian anak muda Belanda’ tapi picu kontroversi. [online] BBC News. Available at: < https://www.bbc.com/indonesia/majalah-57269647> [Accessed 28 August 2021].