ASEAN Outlook on Indo-Pacific sebagai Wujud Ketegasan Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Kawasan
oleh: Rahmah Candrika Ramadhaniati
Berpartisipasi dalam kerja sama maritim akan selalu penting bagi Indonesia. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara dengan luas perairan lebih besar daripada luas daratannya, maka Indonesia sering disebut sebagai negara maritim (Roza, 2017). Masalah atau kondisi maritim di dunia tidak pernah terlalu jauh dari ketegangan politik dan ekonomi. Ini karena wilayah Asia Pasifik dan Samudra Hindia adalah diantara yang paling dinamis di dunia serta pusat pertumbuhan ekonomi selama beberapa dekade terakhir (ASEAN, 2019). Maka dari itu ASEAN Outlook on Indo-Pacific berperan sebagai penegasan atas posisi dan kemakmuran ASEAN di kawasan Indo-Pacific (Kemlu, 2019). Selanjutnya, ASEAN Outlook on Indo-Pacific dan faktor geopolitik yang mengelilingi ASEAN sebenarnya dapat dilihat baik sebagai peluang ataupun tantangan. Maka dari itu, suatu negara harus memutuskan apakah mereka terbuka terhadap kemungkinan kerja sama atau menghambat kemitraannya dengan klaim wilayah maritim.
ASEAN Outlook on Indo-Pacific telah memberi ruang bagi Indonesia untuk melindungi kepentingan maritimnya serta bekerja sama dengan negara-negara yang ia percayai. Ini juga dikarenakan Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya semakin menyadari persaingan yang semakin kuat antara Amerika Serikat dan Cina (Graaff dan Apeldoorn, 2018). Persaingan kuat ini meningkat semenjak Cina dilihat tergolong sebagai negara “Thucydides trap” terhadap Amerika Serikat (Allison, 2017). Dalam artian kebijakan luar negeri, Thucydides trap adalah gagasan ketika suatu negara mempunyai kekuatan atau kehadiran besar yang terus meningkat dan mengarah pada ancaman yang tidak terelakkan untuk menggusur kekuatan yang sudah mapan, yaitu Amerika Serikat (Koch, 2018). Oleh karena itu, ASEAN Outlook on Indo-Pacific bertujuan untuk mempertahankan otonomi negara-negara anggota ASEAN di tengah persaingan dengan kerja sama maritim sebagai tujuan utama (Anwar, 2020).
Alasan mengapa Indonesia memutuskan untuk mengambil peran utama dalam ASEAN Outlook on Indo-Pacific adalah untuk mewujudkan kebijakan Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (Tham, 2018). Poros Maritim Dunia adalah strategi luhur dan ideal yang mempunyai visi untuk menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dan membangun kekuatan pertahanan maritim sebagai pilar utama (Kominfo, 2018).
Penting bagi Indonesia untuk tetap berkomitmen terhadap visi-visi Poros Maritim Dunia terlepas dari masalah maritim yang saat ini dihadap Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Kementerian Luar Negeri Cina mengklaim Kepulauan Natuna. Mengutip Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, “Nelayan dari Cina bebas menangkap ikan di daerah penangkapan tradisional mereka (traditional fishing grounds), yang sebagian tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) karena posisi Cina sudah mematuhi hukum internasional termasuk United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS),” (Purba, 2020). Ini diikuti oleh pernyataan sepihak dari Cina yang mengatakan bahwa, “terlepas dari keputusan Indonesia menerimanya atau tidak, tidak ada yang akan mengubah fakta bahwa Cina memiliki hak dan kepentingan atas perairan Natuna,” (Purba, 2020). Meskipun ZEE bukan wilayah yang berdaulat (sovereign territory), yang berarti menunjukkan bahwa Cina memiliki hak untuk melakukan apa pun di ZEE, bukan berarti Cina memiliki hak eksklusif atas eksplorasi dan eksploitasi di Pulau Natuna (Christou, 2015). Klaim atas traditional fishing grounds mengancam kedaulatan wilayah Indonesia (Kurniaty et al., 2018). Terutama ketika dasar yang dipakai Negeri Tirai Bambu mengklaim perairan Natuna yang masuk wilayah Laut Cina Selatan adalah Sembilan Titik Imaginer atau yang sering disebut Nine Dash Line (Idris, 2020). Nine Dash Line sendiri adalah titik-titik yang dibuat secara sepihak oleh Cina tanpa melalui Konvensi Hukum Laut Internasional di bawah PBB (UNCLOS 1982) padahal Cina adalah salah satu negara yang ikut menandatanganinya (Redaksi WE Online, 2020).
Meskipun hak Indonesia dalam ZEE tidak istimewa, hak Indonesia terhadap perairan Natuna masih merupakan hak yang dilindungi oleh hukum internasional untuk melindungi zona maritim dan hak-hak kedaulatannya. Dengan demikian, Indonesia tidak bisa menerima nelayan Cina untuk mengeksploitasi perairan Natuna.
Sebagai kesimpulan, peran utama Indonesia dalam ASEAN Outlook on Indo-Pacific bukanlah sekadar kerja sama. Namun, lebih merupakan dorongan untuk menjaga zona maritimnya dengan negara-negara tetangga ASEAN seperti Vietnam, yang berbagi batas landas benua (continental shelf) di Laut Cina Selatan (Songa, 2000). Menegaskan UNCLOS, konvensi tersebut tidak pernah mendukung tindakan eskplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, baik hidup maupun tidak hidup (Christou, 2015). Sebagai salah satu negara pesisir (coastal state) di Natuna, Indonesia memiliki hak untuk menahan kebijakan dan persetujuannya atas klaim China di perairan Natuna. Masalah ini kembali lagi berkaitan dengan ambisi dan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia di mana Indonesia berfokus pada membangun kedaulatan atas zona maritimnya. Oleh karena itu, ASEAN Outlook on Indo-Pacific berkontribusi besar dalam mengurangi ketegangan regional dan mempromosikan kerja sama dengan negara tetangga yang mempunyai masalah maritim (Weatherbee, 2019). Apalagi ketika ASEAN Outlook on Indo-Pacific didukung oleh prinsip-prinsip ASEAN seperti ASEAN Centrality, penghormatan terhadap hukum internasional terutama UNCLOS, penghormatan terhadap kedaulatan, dan membangun kepercayaan strategis dan kerja sama yang saling menguntungkan di wilayah tersebut.
Referensi
Allison, G.T., 2018. Destined for war: can America and China escape Thucydides trap?, London: Scribe.
Anwar, D.F., 2020. Indonesia and the ASEAN outlook on the Indo-Pacific. International Affairs, 96(1), p.113.
Anon, Asean Outlook On Indo Pacific Diperkenalkan Kepada Kanada: Portal Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Asean Outlook On Indo Pacific Diperkenalkan Kepada Kanada | Portal Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Available at: https://kemlu.go.id/portal/lc/read/821/berita/asean-outlook-on-indo-pacific-diperkenalkan-kepada-kanada [Accessed February 13, 2020].
Anon, 2019. ASEAN Outlook on the Indo-Pacific — ASEAN: ONE VISION ONE IDENTITY ONE COMMUNITY. ASEAN. Available at: https://asean.org/asean-outlook-indo-pacific/ [Accessed February 12, 2020].
Christou, J., 2016. ‘Sovereignty’ versus ‘sovereign rights’. Cyprus Mail. Available at: https://cyprus-mail.com/2015/04/08/sovereignty-versus-sovereign-rights/ [Accessed February 12, 2020].
Foundation, C.K., 2019. The Thucydides Trap: How to stop the looming war between China and the U.S. Big Think. Available at: https://bigthink.com/mike-colagrossi/thucydides-trap-historical-conflicts-of-nation-states [Accessed February 12, 2020].
Graaff, N.D. & Apeldoorn, B.V., 2018. US–China relations and the liberal world order: contending elites, colliding visions? International Affairs, 94(1), p.119.
Idris, M., 2020. Jadi Dasar China Mengklaim Natuna, Apa Itu Nine Dash Line? Halaman all. KOMPAS.com. Available at: https://money.kompas.com/read/2020/01/04/162131726/jadi-dasar-china-mengklaim-natuna-apa-itu-nine-dash-line?page=all [Accessed February 12, 2020].
Jakarta Post, China playing with fire over claim on Natuna waters. The Jakarta Post. Available at: https://www.thejakartapost.com/academia/2020/01/06/china-playing-with-fire-over-claim-on-natuna-waters.html [Accessed February 12, 2020].
Kominfo, P., Menuju Poros Maritim Dunia. Website Resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Available at: https://www.kominfo.go.id/content/detail/8231/menuju-poros-maritim-dunia/0/kerja_nyata [Accessed February 12, 2020].
Kurniaty, R., Ikaningtyas & Ruslijanto, P.A., 2018. Analysis on traditional fishing grounds in Indonesia`s Natuna waters under International Law. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 137, p.1.
Online, R.W.E., 2020. Apa Itu Nine Dash Line atau 9 Garis Putus-putus, yang China Klaim di Laut Natuna? Warta Ekonomi. Available at: https://www.wartaekonomi.co.id/read265313/apa-itu-nine-dash-line-atau-9-garis-putus-putus-yang-china-klaim-di-laut-natuna [Accessed February 13, 2020].
Roza, E., Kementerian Kelautan dan Perikanan. KKP. Available at: http://www2.kkp.go.id/artikel/2233-maritim-indonesia-kemewahan-yang-luar-biasa [Accessed February 13, 2020].
Songa, 2000. Implementation of the Agreement between Indonesia and Australia on Traditional Fisheries Rights to Fishermen from East Nusa Tenggara. Universitas Padjadjaran.
Tham, J., 2018. What’s in Indonesia’s Indo-Pacific Cooperation Concept? — The Diplomat. Available at: https://thediplomat.com/2018/05/whats-in-indonesias-indo-pacific-cooperation-concept/ [Accessed February 12, 2020].
Weatherbee, D.E., 2019. Indonesia, ASEAN, and the Indo-Pacific Cooperation Concept. Yusof Ishak Institute, (2019), p.1. Available at: https://www.iseas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2019_47.pdf.