ASEAN, ASEAN Centrality, And The Indo-Pasific: Can They Change The Geo-Strategic Chessboard?
oleh: Febriska Fitriana
Pada CIFP 2019 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 30 November lalu, tema besar yang diangkat adalah Cooling Off the Hot Peace: Strategic Opportunities and Economic Remedies for a Distressful World. Pada sesi pembukaan, adapun penyampaian materi terkait tema tersebut yang secara garis besar ditekankan pada isu perdamaian dan ekonomi global. Dalam sesi ini, hadirin konferensi pun diajak untuk bagaimana merespon kondisi global terutama terhadap kedua isu di atas tadi. Contohnya adalah dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, turut mendukung mengembangkan negara middle power, dan menjaga otoritas moral. Untuk pemaparan selanjutnya lebih menekankan pada pergerakan ekonomi ASEAN dan Indonesia dimana membuktikan bahwa Indonesia mampu untuk terus melaju di arena perekonomian global.
Kemudian, pada kali ini penulis berupaya memaparkan refleksi singkat terkait diskusi yang telah diikuti yaitu dengan tema ASEAN, ASEAN Centrality, And the Indo-Pasific: Can They Change the Geo-Strategic Chessboard? Pada sesi diskusi ini, pemaparan dibuka dengan mendeskripsikan karakter yang dimiliki negara-negara ASEAN. Karakter ini rupanya menjadi salah satu bagian dari strategi pencapaian stabilitas di kawasan ASEAN. Kemudian, hal ini juga merupakan usaha untuk saling bersinergi antar anggota negara ASEAN. Selanjutnya, diskusi dipantik dengan rumusan masalah berupa apakah ASEAN mampu beradaptasi di kondisi global terkini? Selanjutnya, seberapa efektifkah upaya visi misi ASEAN pada kondisi global terkini?
Pemaparan pertama, secara garis besar membicarakan tentang pentingnya memahami kekuatan negara-negara besar dan pergerakannya dimana mempengaruhi ASEAN. Hal ini kemudain diteruskan pada pembicaraan mengenai partisipasi aktif kekuatan negara-negara menengah dalam agenda geopolitik. Cotohnya adalah partisipasi negara Jepang dan India dalam kegiatan distribusi bantuan pada negara-negara kelas kecil. Dari contoh tersebut, negara-negara ASEAN bisa mengadaptasi dalam bentuk yang lain dimana merupakan salah satu bentuk partisipasi aktif.
Pemaparan selanjutnya adalah terkait kendala-kendala yang dihadapi dalam agenda- agenda geopolitik serta bagaimana keberlanjutan masa depan negara-negara ASEAN. Adapun beberapa kendala seperti populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, yang perlu diluruskan adalah mengubah pandangan kendala tersebut menjadi kesempatan untuk tetap
maju dan bertahan. Contohnya adalah dengan menjadikan populasi penduduk yang melimpah sebagai agen perubahan yang akan membawa negara-negara ASEAN mampu berpartisipasi aktif di kancah global. Kemudian, tantangan atau kendala dalam pengelolaan area maritim atau
kawasan perairan, ASEAN bisa saling bersinergi terutama perihal stabilitas dan keamanan.
Lalu, terkait pada seberapa efektifkah upaya serta visi dan misi ASEAN terhadap percaturan global dan masa depannya, para pembicara ini menaruh harapan serta yakin akan keberhasilan dari upaya ASEAN tersebut. Singkatnya, ASEAN akan mampu melakukan upaya-upaya tersebut tetapi dengan melalui serangkaian proses dan waktu. It takes time, it must be success. Sehingga, pembicara lebih menekankan dan mengedepankan proses dari upaya-upaya yang dilakukan dibandingkan tingkat keberhasilan yang akan dicapai.
Karena waktu yang terbatas, tidak ada sesi tanya jawab tetapi ditutup dengan kesimpulan yang terdiri dari; (1) Negara-negara ASEAN diyakini akan mampu beradaptasi dengan kondisi global serta turut berperan aktif dalam agenda-agenda geopolitik, (2) Negara-negara ASEAN mengubah kendala menjadi kesempatan khususnya dalam sinergitas antar anggota sehingga
mampu menjaga stabilitas dan mencapai visi serta misi ASEAN, dan (3) Pentingnya memahami situasi geopolitik khususnya pada dinamika kekuatan negara-negara besar seperti Amerika dan Cina. Sebagai tambahan, pembicara uga turut yakin dengan masa depan ASEAN yang lebih baik di kancah global.