Amerika Serikat akan memboikot sejumlah pertemuan G20 jika Rusia berpartisipasi di dalamnya. Bagaimana Respon Indonesia selaku tuan rumah KTT G20?

Oleh: Maisy Pramaisella

Ketika berbicara tentang Invasi Rusia ke Ukraina masyarakat banyak berasumsi terhadap perekonomian global yang hancur terombang-ambing, yang dimulai dari harga minyak global yang melonjak, dan juga pemulihan ekonomi yang belum tuntas dari hajaran Covid-19 menjadi semakin parah oleh konflik Rusia-Ukraina. Atas invasi tersebut Rusia juga mendapatkan banyak sanksi yang berdampak pada berbagai sektor yang memang sengaja ditumpahkan oleh sejumlah negara barat dan juga Amerika Serikat.guna menjatuhkan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sanksi tersebut berupa banyaknya perusahaan asing yang keluar dari Rusia dan Moskwa, pasar saham yang terguncang, ancaman makanan, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. Perbatasan impor sejumlah negara terhadap komoditas Rusia. Kenyataan ini harus dihadapi oleh Rusia atas sanksi bertubi-tubi dari sejumlah negara untuk melumpuhkan militer negara itu dalam berperang.

Disisi lain, Indonesia yang berperan sebagai presiden dalam forum G20 yang akan membahas tentang perekonomian global mengalami permasalahan baru dengan munculnya boikot yang disampaikan oleh Amerika Serikat terkait kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam KTT G20. Sebagai presidensi dan berdasarkan kepemimpinan presidensi-presidensi sebelumnya harus mengundang semua anggota G20 dan tidak ada yang melarang untuk kedatangan anggota negara G20 kedalam forum (Reuters, 2022). Namun sangat banyak negara yang menolak akan pernyataan tersebut dan meminta agar Rusia tidak hadir pada forum KTT G20 mengingat invasi yang telah dilakukan oleh Rusia.

Jika Indonesia melarang Presiden Rusia untuk menghadiri undangan konferensi G20 yang akan diadakan di Indonesia maka itu juga akan mengakibatkan rusaknya hubungan persahabatan antara Indonesia dengan Rusia. Indonesia juga memiliki ketergantungan terhadap Rusia yang cukup signifikan dimulai dari suku cadang pesawat tempur Sukhoi hingga BBM yang telah disuling. Indonesia selaku presiden G20, tidak ingin masalah geopolitik di Eropa dapat berimbas pada pembahasan perekonomian dunia di masa mendatang, terlebih dijadikan sebagai medan perang untuk melanjutkan upaya dalam menjatuhkan Putin sebagai presiden Rusia.

Untuk menanggapi hal ini pemerintah Indonesia diminta untuk melakukan lobi politik khusus untuk menyakinkan negara-negara Barat terutama Amerika Serikat, agar menghadiri pertemuan-pertemuan G20 di tengah penolakan kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin. Menurut Farhan, terdapat dua hal yang dapat dilakukan untuk menghadirkan semua kepala negara anggota G20, yaitu dengan cara lobi politik personal, dengan mengutus tiga tokoh yang sangat dekat dengan kalangan pembuat keputusan di Amerika Serikat yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani, Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu, dan Duta Besar Indonesia untuk AS Rosan Roeslani. Dan cara yang kedua dengan mengajak dan melibatkan negara lain di G20 seperti Arab Saudi, Brasil, dan India untuk bisa meyakinkan negara-negara Barat dan AS serta Rusia untuk mengesampingkan perseteruan politik mereka. (detik.com, 2022)

Tanpa kehadiran pemimpin negara Barat ataupun Rusia maka akan sulit bagi forum dalam menemukan solusi terkait perekonomian akibat pandemi dan perang. Hal ini menjadikan Indonesia memilih sikap untuk tidak memihak baik itu kepada Amerika Serikat dan negara Barat ataupun Rusia. Menurut pendapat dari Pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Hariyadi Wirawan, menilai bahwasanya Indonesia berada di posisi sulit saat ini,dikarenakan adanya kepentingan negara Barat yang ingin memboikot sejumlah pertemuan jika Rusia ikut berpartisipasi di dalamnya. (detik.com, 2022).

Sebagai tuan rumah KTT G20, Indonesia sudah semestinya mengundang semua negara anggota G20 untuk datang dalam konferensi ini tanpa terkecuali, dengan mengesampingkan perseteruan politik yang terjadi akibat invasi Rusia ke Ukraina. Pilihan Indonesia untuk tidak memihak merupakan langkah yang tepat dikarenakan jika Indonesia memenuhi permintaan negara Barat untuk menolak kehadiran Vladimir Putin, maka dapat disimpulkan Indonesia memihak Barat, dan yang diangkat menjadi alasan munculnya ancaman dari Amerika Serikat untuk memboikot sejumlah acara atas diundangnya Presiden Rusia, Vladimir Putin, bukan berarti Indonesia pro-Rusia. Tindakan Indonesia untuk tetap berpegang teguh dengan pendiriannya yang bebas aktif adalah langkah yang tepat. Dikarenakan diselenggarakannya pertemuan ini bukan menjadi ajang untuk bertempur dan berkelahi secara politik. Semua anggota G20 harus kembali ke tujuan utama diadakannya KTT G20.

Pertanyaan besar untuk saat ini adalah apakah lobi dan usaha-usaha yang akan dilakukan oleh Indonesia berhasil untuk menghadirkan semua negara undangan anggota G20 kedalam forum? Apakah forum KTT G20 yang akan diselenggarakan akhir tahun ini di Bali menjadi forum pertama kalinya yang tidak menghasilkan deklarasi bersama akibat dari konflik ini? Jika ditinjau dari pertimbangan yang dilakukan oleh Indonesia untuk tetap bersifat netral dan tidak memihak dalam menanggapi ancaman dari Amerika Serikat adalah tindakan yang tepat. Melihat posisi Indonesia sebagai Presiden KTT G20, dan berupaya untuk menyukseskan konferensi G20 ini adalah tanggung jawab Indonesia. Amerika Serikat dan negara Barat serta Rusia juga harus bisa memisahkan antara konflik yang ada dengan tujuan diselenggarakannya KTT G20 ini.

Maisy Pramaisella adalah anggota divisi Penelitian dan Pengembangan FPCI UGM. Artikel ini melambangkan opini pribadi penulis dan belum tentu mewakili opini FPCI UGM

Referensi

Yulianingsih, T., 2022. Menteri Keuangan AS: Amerika Tak Akan Berpartisipasi G20 di Indonesia Jika Ada Rusia. [online] liputan6.com. Available at: <https://www.liputan6.com/global/read/4932678/menteri-keuangan-as-amerika-tak-akan-berpartisipasi-g20-di-indonesia-jika-ada-rusia> [Accessed 8 April 2022].

Afriyadi, A., 2022. AS Ancam Tak Hadir di G20 Jika Ada Rusia, Apa Imbasnya buat RI?. [online] detikfinance. Available at: <https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6021355/as-ancam-tak-hadir-di-g20-jika-ada-rusia-apa-imbasnya-buat-ri> [Accessed 8 April 2022].

Leatemia, L., 2022. Ramai Tolak Putin Ikut KTT G20 di Bali, Rusia Angkat Bicara. [online] CNBC Indonesia. Available at: <https://www.cnbcindonesia.com/news/20220407171204-4-329773/ramai-tolak-putin-ikut-ktt-g20-di-bali-rusia-angkat-bicara> [Accessed 8 April 2022].

Arbar, T., 2022. Ini Negara yang Menolak dan Mendukung Rusia di G20 [online] CNBC Indonesia. Available at: <https://www.cnbcindonesia.com/news/20220408130842-4-330011/ini-negara-yang-menolak-dan-mendukung-rusia-di- g20> [Accessed 8 April 2022].

David Lawder, D. B. 2022. [online] Reuters. Available at: <https://www.reuters.com/world/yellen-says-russia-should-be-expelled-g20-us-may-boycott-some-meetings-2022-04-06/> [Accessed 8 April 2022].

Indonesia, B., 2022. Ramai Seruan Boikot KTT G20 Jika Putin Datang, RI Diminta Lakukan Lobi. [online] detiknews. Available at: <https://news.detik.com/bbc-world/d-6004042/ramai-seruan-boikot-ktt-g20-jika-putin-datang-ri-diminta-lakukan-lobi> [Accessed 8 April 2022].

--

--

Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM
Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM

Written by Foreign Policy Community of Indonesia chapter UGM

“Shape & promote positive Indonesian internationalism throughout the nation & the world.” | Instagram: @fpciugm | LINE: @toh2615q | LinkedIn: FPCI Chapter UGM

No responses yet